LANGKAH-LANGKAH DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING
TUGAS MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING
SEMESTER III
OLEH :
·
Muh. Fatkhu Rohmman Alhamdani
·
Tri Teguh Nani Nurifah
Pengampu : Drs. M. Chamdani,S.Pd
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
KAMPUS VI PGSD KEBUMEN
Jl. Kepodang 67 A Kebumen 54312 Telp. (0287) 381169
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikun
wr.wb!
Puji dan syukur penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teknik dan Langkah-langkah
Konseling” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Bpk Drs.M.Chamdani,M.Pd.
Penyusun menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, meskipun telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati penyusun
bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan berguna untuk
masa yang akan dating. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penyusun sendiri,pembaca maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ..................................................................................... i
Kata
Pengantar .................................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................................. iii
Bab I
Pendahuluan .............................................................................. 1
1. Latar Belakang
....................................................................... 1
2. Rumusan Masalah
................................................................... 1
3. Tujuan ..................................................................................... 1
Bab II
Pembahasan ............................................................................. 2
1.
Langkah-langkah
Konseling .................................................... 2
a. Menentukan masalah
......................................................... 2
b. Pengumpulan data
............................................................. 3
c. Analisis data
...................................................................... 3
d. Diagnosis ........................................................................... 4
e. Prognosis ........................................................................... 4
f. Terapi ................................................................................. 4
g. Evaluasi atau Follow up ..................................................... 5
2.
Teknik
Konseling .................................................................... 5
a. Persiapan Konseling
.......................................................... 5
b. Teknik-teknik melakukan konseling .................................. 8
Bab III Penutup .................................................................................. 18
1.
Kesimpulan .............................................................................. 18
2.
Saran ........................................................................................ 18
Daftar
pustaka ..................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk
mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat
tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan
terarah. Begitu juga kepada para pelajar.
Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan,
arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju
kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/ problem yang
dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian
disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga penting bagi
seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan seenaknya saja.
Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai pengertian,
tehnik-tehnik bimbingan dan konseling, serta langkah-langkah umum pelayanan BK
di sekolah dan madrasah agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai
bimbingan dan konseling pada anak didik sehingga akan menjadi pencerahan
tersendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Teknik-Teknik apa saja
yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling?
2.
Bagaimana
langkah-langkah Pelayanan BK di Sekolah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui
pengertian teknik-teknik bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui
macam-macam teknik bimbingan dan konseling.
3. Mengetahui
Langkah-Langkah Umum Pelayanan BK di Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Langkah-langkah
Konseling
Dalam
proses konseling akan ditempuh beberapa langkah yaitu: menemukan masalah,
pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan evaluasi
atau follow up.
1.
Menentukan
Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami
oleh klien (siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Putra
berdasarkan fenomena dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh siswa
tersebut dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang sedang dialaminya adalah:
(a) sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin), (b) sering bolos sekolah,
(c) sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil), (d) sulit berkonsentrasi
dalam belajar agama Islam, (e) prestasi belajar terus menurun, (f) merokok
secara sembunyi-sembunyi (ketagihan rokok), (g) dikucilkan dari prgaulan
teman-teman di sekolah atau madrasah, (h) sering ribut dengan orang tua,
terutama ayah, dan lain-lain.
Berdasarkan identifikasi
di atas dapat diketahui bahwa Putra memiliki delapan jenis masalah. Untuk
menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala
prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas dasar akibat atau dampak
yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan.
Berdasarakan identifikasi masalah di atas, misalnya pembimbing (konselor)
menetapkan masalah “prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan
dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena Bagus statusnya sebagai
pelajar kelas IX, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia tidak lulus.
Mudah-mudahan dengan terpecahkan masalah “prestasi meningkat” dan
masalah-masalah yang lain juga berkurang.
2.
Pengumpulan
Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya
adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan (data putra). Data siswa yang
diumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri,
data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data
lingkungan.
Data diri bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama
kesayangan, jenis kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga (kandung,
tiri, angkat), tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri
tubuh, alamat, dan lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah,
tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan nama
ibu, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan
lain-lain. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah,
lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan
dapat mencakup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau tidak
dirawat di rumah sakit dan ganngguan kesehatan yang lain yang bisa mempengaruhi
fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: di
mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga,
dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
Data-data siswa
(Bagus) di atas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes. Pengumpulan data
siswa dengan tes dapat mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes belajar, tes bakat
minat, dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara nontes seperti:
observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian, (untuk orang tua dan
siswa), wawancara, sosiometri, biografi atau catatan harian, pemeriksaan fisik
atau kesehatan, studi kasus, kunjungan ke rumah, dan lain sebagainya.
3.
Analisis
Data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data
hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat
dianalisis secara kualitatif. Misalnya hasil tes belajar Bagus pada setiap mata
pelajaran memperoleh nilai lima (5) dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan
data tersebut bisa dinyatakan bahwa prestasi belajar Bagus adalah rendah dan
seterusnya untuk data yang diperoleh melalui tes. Selanjutnya, data yang
diperoleh melalui nontes (misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas
Bagus hanya lima (5) orang yang suka berteman dengan Bagus. Berdasarkan data
tersebut, analisisnya adalah Bagus cenderung tidak disukai teman-temannya
(fenomenanya adalah Bagus dikucilkan dari teman-temannya di sekolah) dan
seterusnya. Dari analisis data akan diketahui siapa Bagus? Dan apa sesungguhnya
masalah yang dialami Bagus?
4.
Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar
belakang masalah atau faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa
(klien). Pada contoh diatas adalah pembimbing mencari faktor – faktor penyebab
timbulnya masalah pada putra, yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar
putra yang rendah dan dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman disekolah dan
madrasah.
5.
Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
siswa (dalam contoh diatas adalah masalah pada putra) selanjutnya pembibimbing
menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang
bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oeh siswa (putra).
Berdasarkan masalah putra di atas, bisa diberikan bimbingan belajar misalnya
pelajaran remidial, les tambahan, dll yang sesuai dengan bimbingan belajar atau
bimbingan sosial yang tujuanya agar putra memperoleh penyesuaian sosial dengan
teman-temanya di sekolah dan madrasah.
6.
Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan,
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Dalm contoh di
atas, pembimbing melksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah
ditetapkan untuk memecahkan masalah Bagus.
7.
Evaluasi
atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah
diberikan memperoleh hasil atau tidak. Dalam contoh diatas apakah pelaksanaan
pemberian bimbingan belajar dan sosial kepeda putra telah memberikanhasil
dimana prestasi belajar putra meningkat atau perilaku putra berubah sehingga
mulai disenangi oleh teman-temanya atau belu. Apabila sudah memberikan hasil,
apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu di ambil? Begitu juga selanjutya
apabila belum berhasil.
B.
Teknik-teknik
Konseling
Yang
dimaksud dengan teknik-teknik konseling yaitu cara-cara tertentu yang digunakan
oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien agar
berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan
mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai social,
budaya, dan agama.
Bagi
seorang konselor menguasai teknik-teknik konseling merupakan suatu kunci
keberhasilan untuk mecapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif
harus mampu merespons klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat
itu. Respons konselor berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang
dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk
menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Sebagai
suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa
tahap-tahap kegiatan berupa:
1.
Persiapan
Konseling
Pada
tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk memulai
proses konseling yaitu: membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh riwayat
kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.
a.
Kesiapan
untuk Konseling
Kesiapan
konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya.setiap aktivitas yang
berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk dapat melakukan
konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna, maka
konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien harus siap mengikuti
konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntutan konselor.
Hal-hal
yang berkenaan dengan kesiapan konseling yang berhubungan dengan klien berupa:
motivasi klien untuk memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling,
kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya
sendiri.harapan-hapan terhadap peran konselor, dan sistem pertahanan diri.
Motivasi
klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan jalannya proses konseling. Klien
yang mengikuti proses konseling karena terpaksa akan berbeda partisipasinya
dengan klien yang mengikuti proses konseling yang memiliki motivasi untuk
memperoleh bantuan.
Dalam
proses konselingharus ada respons-respons tertentu dari klien. Ada klien yang
mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Sistem pertahanan diri
yang baik dari klien akan membantu kelancaran proses konseling. Sebaliknya,
sistem pertahanan diri yang jelek akan menghambat proses konseling, karena
ketika konselor bertanya sesuatu yang sedikit memojokkan klien, ia akan
menangis.
Agar
klien siap dalam mengikuti konseling, kepada konselor disarankan supaya
melakukan hal-hal sebagai berikut: memulai pembicaraan dengan berbagai pihak
tentang berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan;
menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang siswa untuk
memperoleh bantuan; menghubungi sumber-sumber rujukan misalnya sekolah, organisasi
dan sebagainya; memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan
prospeknya; melalui proses pendidikan itu sendri; melakukan survey terhadap
masalah-masalah klien; dan melakukan orientasi pra konseling.
b.
Riwayat
Kasus
Riwayat
kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien
sekarang dan masa yang lalu. Secara sederhana riwayat kasus bias dikatakan
melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
Menurut
Surya (1988: 160),riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk yaitu:
riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada maslaha-masalah
psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara konseling; catatan kumulatif,
yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang;
biografi dan autobiografi; tulisan-tulissan yang dibuat sendiri oleh siswa yang
berkasus sebagai dokumen pribadi; serta grafik waktu tentang kehidupan siswa
yang berkasus.
c.
Evaluasi
Psikodiagnostik
Dalam
bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa gejala,
memperkirakan sebab-sebab, mengadakan observasi, menempatkan gejala dalam
kategori, dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya. Secara umum bidang
diagnosis dalam psikologis berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan
sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan
masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di
masa yang akan datang.
Psikodiagnosis
dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalam situasi yang terstandar.
Penggunaan tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk: menyeleksi data
yang diperlukan bagi konseling; meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh
informasi yang lebih terperinci; dan merumuskan diagnostic yang lebih tepat.
2.
Teknik-teknik
Melakukan Konseling
Proses
konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bias berjalan
secara effektif dan efisien. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik dalam
konseling.
a.
Teknik
Rapport
Teknik
rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal
tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan
antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap
klien dan masalahnya.
Melalui
teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dank lien
yang ditandai dengan saling mempercayai. Implementasi teknik rapport dalam
konseling yaitu: pemberian salam yang menyenangkan; menetapkan topic
pembicaraan yang sesuai; susnan ruang konseling yang menyenangkan; sikap yang
ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, dan menjamin
kerahasiaan klien; serta kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
b.
Perilaku
Attending
Attending
merupakan upaya konselor mengahmpiri klien yang diwujudkan dalam bentuk
perilakuseperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending
yang baik harus mengombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan memudahkan
konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Perilaku
attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan
suasana yang aman dan akrab, serta mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
bebas.
Peilaku
attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor terhadap klien. Teknik
penerimaan menggambarkan cara bagaimana konselor menerima klien dalam proses
atau sesi konseling. Teknik ini dalam proses konseling bisa diwujudkan melaui
ekspresi wajah misalnya cemberut atau ceria.
c.
Teknik
Structuring
Structuring
adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan
tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring
memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada
yang bersifat inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh
klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan
dan membatasi proses konseling.
Ada
lima macam structuring dalam konseling yaitu: batas-batas waktu baik secara
individu maupun seluruh proses konseling; batas-batas tindakan baik konselor
maupun klien; batas-batas peranan konselor; batas-batas proses atau prosedur,
misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan
lain sebagainya; serta structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut
tahapan-tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama proses konseling berlangsung.
d.
Empati
Empati
merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien,
merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati
dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak aka nada
empati. Empati ada dua macam yaitu empati primer yang apabila konselor hanya
memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien dengan tujuan agar
klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Empati yang kedua yaitu empati tingkat
tinggi yang apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, keinginan, dan
pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan
perasaan tersebut.
Dalam
melakukan empati konselor harus mampu mengosongkan perasaan dan pikiran
egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati primer, serta melakukan
empati tingkat tinggi.
Empati
dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada emosi diri
sendiri, maka semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci untuk memahami
perasaan orang lain adalah kita harus mampu membaca pesan nonverbal seperti
nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
e.
Refleksi
Perasaan
Refleksi
perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata
yang segar dan sikap yang diperlakukan terhadap klien. Refleksi perasaan bisa
berwujud positif, negatif, dan ambivalen.
Refleksi
perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan
persetujuan atas apa yang disampaikan oleh klien. Refleksi perasaan negatif
ditunjukkan oleh konselor melalui pernyataan ketidak setujuan atau penolakan konselor
atas apa yang dinyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi ambivalen (masa bodoh)
ditunjukkan oleh konselor dengan membiarkan saja (tidak menyatakan setuju dan
tidak menolak) atas apa yang dinyatakan oleh klien.
Refleksi
perasaan akan mengalami kesulitan apabila: streotipe dari konselor; konselor
tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor tidak dapat memilih perasaan mana
untuk direfleksikan; konselor tidak dapat mengetahui isi perasaan yang
direfleksikan; konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan; konselor
menambah arti perasaan; dan konselor menggunakan bahasa yang kuranbg tepat
(Surya, 1988)
Selanjutnya
menurut Surya (1988), manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling adalah:
membantu klien untuk merasa dipahami secara mendalam; klien merasa bahwa
perasaan menyebabkan tingkah laku; memusatkan evaluasi pada klien; memberi
kekuatan untuk memilih; memperjelas cara berpikir klien; dan menguji kedalaman
motif-motif klien.
Menurut
Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan keterampilan konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbal. Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan bahwa
refleksi terbagi atas tiga jenis yaitu: refleksi perasaan; refleksi pengalaman;
serta refleksi pikiran.
Refleksi
perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan)
perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal terhadap klien.
Refleksi
pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan pengalaman-pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan nonverbal klien.
Refleksi
pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, dan
pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal
klien.
f.
Teknik
Eksplorasi
Eksplorasi
merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan
pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting karena umumnya klien
tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara
tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu:
eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi
perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang
tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk menggali ide,
pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman yaitu keterampilan atau
kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah
dilaluinya.
g.
Teknik
Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Sering
klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman secara
berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Untuk itu
maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang disampaikan oleh klien
dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Tujuan dari
paraphrase adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien.
Untuk
dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor harus:
1.
Menggunakan kata-kata
yang mudah dan sederhana.
2.
Dengan teliti
mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.
3.
Nyatakan kembali dengan
ringkas.
4.
Amati respons klien
terhadap konselor.
h.
Teknik
Bertanya
Umumnya
konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan dengan klien, karena
sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk itu, konselor harus
memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya
terbuka (open question), dan bertanya tertutup (closed question). Pada
pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada
pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya misalnya jawaban
ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
i.
Dorongan
Minimal (Minimal Encouragement)
Dalam
proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu terlibat dalam
pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu memberikan dorongan minimal kepada
klien,yaitu suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah
dikatakan klien.
Teknik
ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat mengarahkan agar
pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga dapat meningkatkan
eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara selektif yaitu ketikan klien
menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan atau pada
saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor ragu
terhadap pembicaraan klien.
j.
Interpretasi
Interpretasi
merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau
pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan utama teknik ini
adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien
megerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.
k.
Teknik
Mengarahkan (Directing)
Seperti
telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan partisipasi secara
penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam
proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Upaya konselor
mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu
(bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
l.
Teknik
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar
pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin
jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama klien perlu
menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama
konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara
bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas diskusi serta
mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
m. Teknik-teknik Memimpin
Agar
wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah
pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.
Penerapan teknik ini dalam konseling harus memperhatikan:
1.
Memimpin hanya sebatas
klien dapat memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya.
2.
Memimpin bisa berbeda
dari topik ke topik.
3.
Memulai proses
konseling dengan sedikit memimpin.
Keberhasilan konselor
memimpin dalam sesi konseling juga ditentukan oleh tipe-tipe kepemimpinan
konselor yang demokratis, otoriter, atau permisif (masa bodoh).
Teknik
ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus yang
dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling.
n.
Teknik
Fokus
Konselor
yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi
terhadap pembicaraandengan klien. Fokus akan membantu klien untuk memusatkan
perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus ada empat macam dalam konseling
yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada orang lain, fokus pada topik, serta
fokus mengenai budaya.
Dalam
wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk menyadari bahwa
persoalan pokok yang dihadapinya adalah “A”. Mungkin banyak masalah yang
berkembang di dalam wawancara konseling, tetapi konselor harus membantu klien
agar ia memfokuskan pada masalah tertentu (misalnya masalah “A” dan lain-lain).
o.
Teknik
Konfrontasi
Teknik
ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik konfrontasi
adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi
(tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide
berikutnya, senyum dengan kepedihan.Tujuan teknik ini adalah:
1.
Mendorong klien untuk
mengadakan penelitian diri secara jujur.
2.
Meningkatkan potensi
klien.
3.
Membawa klien kepada
kesadaran adanya diskrepansi (kondisi pertentangan antara harapan seseorang
dengan kondisi nyata dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau
kontradiksi dalam dirinya.
p.
Menjernihkan
(Clarifying)
Dalam
konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi
ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau agak karuan. Tujuan
teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata
yang tegas, dan dengan alas an-alasan yang logis. Tujuan yang lain adalah klien
menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan pengalamannya.
q.
Memudahkan
(Facilitating)
Facilitating
adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan
konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
Melalui teknik ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling
berjalan secara efektif.
r.
Diam
sebagai Suatu Teknik
Diam
dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam konseling, diam
bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui
perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa memiliki beberapa makna yaitu:
1.
Penolakan atau
kebingungan klien.
2.
Klien atau konselor
telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya.
3.
Kebingungan yang
didorong oleh kecemasan atau kebencian.
4.
Klien mengalami
perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara.
5.
Klien mengharapkan
sesuatu dari konselor.
6.
Klien sedang memikirkan
apa yang dikatakan.
7.
Klien baru menyadari
kembali dari ekspresi emosional sebelumnya.
Tujuan
teknik ini adalah pertama menanti klien yang sedang berpikir. Kedua, sebagai
protes apabila klien berbicara berbelit-belit. Ketiga, menunjang perilaku
attending dan empati sehinggaklien bebas berbicara.
s.
Mengambil
Inisiatif
Pengambilan
inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk
berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif. Teknik ini diterapkan
apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat, klien
lambat berpikir untuk mengambil keputusan, serta klien kehilangan arah
pembicaraan.
t.
Memberi
Nasihat
Dalam
konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabilaklien memintanya.
Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas atau
tidak memberikan nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat
adalah aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client Centered
menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum mandiri. Dengan
perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat kemandirian dalam
konseling.
u.
Pemberian
Informasi
Apabila
konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien memintanya, maka konselor
harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor
mengetahui, sebaiknya dipayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v.
Merencanakan
Menjelang
akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana
suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah
yang dihadapinya. Atau rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan
klien. Rencana yang baik harus merupakan kerja sama antara konselor dengan
klien.
w. Menyimpulkan
Pada
akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu kesimpulan. Atau
konselor membantu klien membuat kesimpulan yang menyangkut diri klien selama
melakukan konseling.
x.
Teknik
Mengakhiri
Mengakhiri
sesi konseling merupakan suatu teknikdalam proses konseling. Untuk mengakhiri
sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara:
1.
Mengatakanbahwa waktu
sudah habis.
2.
Merangkum isi
pembicaraan.
3.
Menunjukkan kepada
pertemuan yang akan datang.
4.
Mengajak klien berdiri
dengan isyarat gerak tangan.
5.
Menunjukkan
catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.
6.
Memberikan tugas-tugas
tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan
untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil
sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau
bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil
dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan
pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
Ada beberapa langkah umum dalam melaksanakan pelayanan BK di Sekolah,
seperti: Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Analisa dan tahap Tindak
Lanjut.
B.
Saran
Setelah penulis menguraikan masalah tersebut banyak sekali kekurangannya.
Untuk itu kami harapkan kepada bapak dosen khususnya dan kepada para rekan/ pembaca
pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan
dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas, dan
kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan kami dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2.
Prayitno& Amti
Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta
Jakarta.
3.
Nurihsan, A. Juntika.
2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
Refika Aditama.
4. Yusuf, Syamsu dan A. Juntika
Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya
makalahnya bagus, boleh nanya sumber mengenai teknik konseling yang dijelaskan diatas dari mana ya?terimakasih sebelumnya
BalasHapus