Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 September 2012

Terjadinya Pergeseran Teori-teori Pembelajaran


Kita sebagai calon pendidik sudah pastinya tahu tentang teori pembelajaran dan macamnya. Meskipun kita mengetahui bahwa di dalam teori pembelajaran tidak ada teori yang sempurna, akan tetapi pasti ada kekurangannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran teori pembelajaran dari yang satu ke yang lain. Pergeseran teori pembelajaran bertujuan untuk menyempurnakan kelemahan dalam suatu teori menuju teori yang lebih sempurna dan dimungkinkan dapat menutupi kekurangan dari teori yang sudah ada sebelumnya.
Pergeseran teori dimulai dari teori behaviorisme ke koneksionisme dari koneksionisme ke kognitivisme kemudian ke kontruktivisme, dan sementara ini berhenti pada humanisme. Teori behaviorisme menekankan pada adanya stimulus dan respon. Menurut teori ini, guru memberikan stimulus-stimulus kepada peserta didik sehingga akan memunculkan respon dari peserta didik. Teori ini cenderung menjadikan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif karena hanya mengandalkan stimulus dari guru sehingga peserta didik terkesan pasif.
Teori koneksionisme isinya sama halnya dengan teori behaviorisme yaitu meunculkan stimulus dan respon. Akan tetapi teori ini menekankan adanya pemberian penguatan pada peserta didik. Kebaikan dari teori ini yaitu lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri. Sedangkan kelemahan dari teori koneksionisme itu sendiri adalah para pendidik mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan hanya berkutat pada fokus pembelajaran dengan tindakan mengkoneksikan hubungan stimulus-respons.
Pada teori konstruktivisme, lebih menekankan pada pengembangan potensi siswa, dimana guru hanya sebagai fasilitator. Teori ini merujuk pada aspek kognitif pada diri peserta didik. Dalam teori ini merujuk kepada siswa agar lebih berpikir kreatif. Nah, karena setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dan karena di dalam teori ini menekankan pada pengembangan potensi siswa, maka mengakibatkan siswa yang pandai akan semakin pandai sedangkan siswa yang kurang pandai akan semakin ketinggalan.
Selanjutnya yaitu teori humanisme yang lebih menekankan kepada memanusiakan manusia. Pada teori ini menekankan bahwa peserta didik harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar. Di dalam teori ini proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik mampu memahami dirinya sendiri dan mamou memahami lingkungannya. Namun pada kenyataannya banyak peserta didik yang belum mempunyai kemampuan untuk mandiri dan kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri.
Jadi, pergeseran teori itu pada intinya untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan mengkondisikan individu berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Diharapkan sebagai pendidik jangan hanya sebatas mempelajari teorinya saja, tapi harus dapat menuangkan pikiran dan gagasannya untuk menghasilkan inovasi dalam pembelajaran sehingga dari berbagai teori yang ada dapat digabungkan dan diambil manfaatnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru di dalam pembelajaran. Selain itu juga kita sebagai calon pendidik harus bisa memposisikan diri kita untuk dapat menyesuaikan dan memahami kondisi masing-masing siswa yang akan kita didik nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar