Kita sebagai calon
pendidik sudah pastinya tahu tentang teori pembelajaran dan macamnya. Meskipun
kita mengetahui bahwa di dalam teori pembelajaran tidak ada teori yang
sempurna, akan tetapi pasti ada kekurangannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
pergeseran teori pembelajaran dari yang satu ke yang lain. Pergeseran teori
pembelajaran bertujuan untuk menyempurnakan kelemahan dalam suatu teori menuju
teori yang lebih sempurna dan dimungkinkan dapat menutupi kekurangan dari teori
yang sudah ada sebelumnya.
Pergeseran teori
dimulai dari teori behaviorisme ke koneksionisme dari koneksionisme ke
kognitivisme kemudian ke kontruktivisme, dan sementara ini berhenti pada
humanisme. Teori behaviorisme menekankan pada adanya stimulus dan respon.
Menurut teori ini, guru memberikan stimulus-stimulus kepada peserta didik
sehingga akan memunculkan respon dari peserta didik. Teori ini cenderung
menjadikan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif karena hanya mengandalkan stimulus dari guru sehingga peserta didik
terkesan pasif.
Teori koneksionisme
isinya sama halnya dengan teori behaviorisme yaitu meunculkan stimulus dan
respon. Akan tetapi teori ini menekankan adanya pemberian penguatan pada
peserta didik. Kebaikan dari teori ini yaitu lebih menghargai proses
pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan kelemahan dari teori koneksionisme itu sendiri adalah para pendidik
mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan hanya berkutat pada fokus
pembelajaran dengan tindakan mengkoneksikan hubungan stimulus-respons.
Pada teori
konstruktivisme, lebih menekankan pada pengembangan potensi siswa, dimana guru
hanya sebagai fasilitator. Teori ini merujuk pada aspek kognitif pada diri
peserta didik. Dalam teori ini merujuk kepada siswa agar lebih berpikir
kreatif. Nah, karena setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang
berbeda-beda dan karena di dalam teori ini menekankan pada pengembangan potensi
siswa, maka mengakibatkan siswa yang pandai akan semakin pandai sedangkan siswa
yang kurang pandai akan semakin ketinggalan.
Selanjutnya yaitu teori
humanisme yang lebih menekankan kepada memanusiakan manusia. Pada teori ini
menekankan bahwa peserta didik harus mempunyai kemampuan untuk
mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar. Di dalam teori ini proses
belajar dianggap berhasil jika peserta didik mampu memahami dirinya sendiri dan
mamou memahami lingkungannya. Namun pada kenyataannya banyak peserta didik yang
belum mempunyai kemampuan untuk mandiri dan kemampuan untuk memotivasi dirinya
sendiri.
Jadi, pergeseran teori
itu pada intinya untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan
mengkondisikan individu berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Diharapkan sebagai pendidik jangan hanya sebatas mempelajari teorinya saja,
tapi harus dapat menuangkan pikiran dan gagasannya untuk menghasilkan inovasi
dalam pembelajaran sehingga dari berbagai teori yang ada dapat digabungkan dan
diambil manfaatnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru di dalam pembelajaran.
Selain itu juga kita sebagai calon pendidik harus bisa memposisikan diri kita
untuk dapat menyesuaikan dan memahami kondisi masing-masing siswa yang akan
kita didik nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar